Ideologi Singkat: Karl Marx

Christine Gerriette Toelle
4 min readFeb 24, 2018

--

Marx mengangkat banyak tulisan mengenai pengembangan falsafah ideologi yang dianutnya. Salah satu karyanya yang paling serat dengan permaksudan gagasan primernya terdapat dalam “The German Ideology” yang ia tulis bersama Frederick Engels. Istilah ideologi sendiri diartikannya sebagai “Production of Ideas, of conceptions, of concioussness, all that men say, imagine, conceive..” yang di dalamnya dijelaskan wujud riil yang ditilik dari politisasi ide, hukum-hukum dalam kehidupan manusia, agama, dan pengembangan hukum-hukum metafisika.

Ideologi ia jabarkan fungsinya sebagai superstruktur dari peradaban, landasan dasar bagi sebuah kemajuan bangsa, kebiasaan atau custom dari sebuah kebudayaan yang kemudian menjadi sebuah struktur dominan dari cara berpikir suatu bangsa. Superstruktur dijelaskan Marx sebagai ideologi yang mendominasi suatu zaman dan semangatnya, segala jenis yang manusia nyatakan, dan budayakan pada era peradabannya. Baginya, keberadaan superstruktur bersifat dependen dengan Mode of Production — segala hal yang terkait dan bersangkutan dengan rantai produksi, menyelesaikan permasalahan kemapamanan atau kebutuhan hidup. Yang pada akhirnya menentukan cara hidup dari per individu, sebuah acuan cara perseorangan dalam memproduksi dan menangani kebutuhannya.

Ulasan lain dari teori ini, adalah bagaimana Marx melihat keberadaan dominasi cara pikir tersebut nyatanya hanya akan berakhir dalam tangan-tangan mereka yang berkuasa, dengan andil besar dalam tatanan dan cara menjalankan sebuah bangsa. Pada kaidahnya, kemungkinan terbesar perwujudannya adalah mereka dengan tanaman modal tertinggi, yang disebutnya sebagai golongan kapitalis.

Tujuan dari ideologi sendiri bagi Marx seringkali di gunakan sebagai legitimasi tindakan-tindakan kelompok yang berada dalam status hegemoni, dan berkaitan hanya pada mereka yang memegang hak dan kuasa. Kritiknya, dititik beratkan pada penyalah gunaan ideologi sebagai justifikasi tindakan eksploitatif seperti penegakan kekerasan bagi mereka golongan yang terletak di ‘bawah’. Golongan ini adalah kelompok yang tiada mampu mendapat bentuk kuasa — dalam konteks ini seringkali direlasikan Karl Marx dengan golongan pekerja, dan dicontohkan oleh perbudakan pada masa pra-modern: kaum tani pada masyarakat feodal, hingga kaum proletar dalam kondisi kapitalisme.

Kecenderungan untuk membawa bias perjuangan ideologi oleh golongan dominan pada premisnya dijadikan kaidah bagi Marx dan ideologinya untuk menebar ajakan bagi masyarakat golongan bawah guna memutar posisi kuasa dan mengembalikan sifat dasar dalam mode of production mereka.

Kecenderungan dalam karya Marx untuk mengaplikasikan gagasan ini dalam ranah ranah seni budaya sempat muncul dalam awal tahun karirnya. Salah satu perdebatan kecil mengenai seni dalam teori Heigl — yang selanjutnya diteruskan dengan kritik-kritik literatur. Pengembangannya tidak terletak dalam ranah arsitektur mau pun filsafat, selanjutnya dapat dibaca dalam karya M. Lifshitz, buku “The Philosophy of Art of Karl Marx” tahun 1938.

Penerapan lanjutan gagasan Marx dalam seni sesungguhnya adalah bentuk kajian lanjutan, oleh para penerus yang meregenerasi ideologi Marxis. Teori Marxis yang teregenerasi ini kemudian terbentuk sebagai akumulasi ide dari semua penganut ajarannya, dan bagi penerapannya dalam seni Ideologi Marx seringkali digunakan untuk melihat tatanan realitas yang lebih luas dari karya seni itu sendiri, baik dari segi sosial, politik mau pun ekonomi.

Lanjutannya, ranah apa pun yang dikaji oleh para marxis — adalah kesempatan untuk mengadopsi tatanan serta kondisi yang lebih luas. Dalam buku komprehensif “Art History: The Basics” Pooke dan Newall menceritakan bagaimana kajian Marxis ini membantu dunia seni untuk tidak semata melihat dari segi produksi fisik atau pun estetika semata dalam karya tersebut, bagaimana makna dari estetika sendiri kemudian dapat dijabarkan lebih luas bagi kepentingan dan intensi yang ingin disampaikan oleh perupa.

Kesimpulannya, ideologi memainkan peran yang begitu penting dalam superstruktur sebuah negara, dalam keberlangsungan, cara pikir, dan kepercayaan dari sebuah masyarakat. Walau kemudian Ideologi tersebut digunakan secara menyerang balik golongan tertentu merupakan tesis yang terus dilawan oleh para penganut kepercayaan komunis Marx.

Namun dalam aplikasinya yang begitu luas, Marxis mencapai pembahasan dalam berbagai bentuk dan artefak falsafah estetika, salah satunya pula adalah produk dan komoditas seni. Dalam seni, kajian marxis ini memberikan makna baru dengan memberikan pengertian akan ideologi yang mereka anut, tentang kepercayaan akan keberadaan yang lebih luas dari sekitar masalah estetika di atas medium, namun sebuah jembatan bagi seni untuk kemudian mampu menjadi elemen berdaya guna untuk dibawa kembali kedalam kepentingan masyarakat luas.

--

--

Christine Gerriette Toelle
Christine Gerriette Toelle

Written by Christine Gerriette Toelle

A learner. To know and be sebsible towards existing issues. Resolutions and rephrases to follow.

No responses yet